Selasa, 11 Juni 2013

[fanfic] Dear Friend - ch. 01

Title : Dear Friend
Type : Minichapter             
Author : Anis
Genre :  Mystery
Rating : NC-17
Cast : Shigeaki Kato (NEWS), Tegoshi Yuya (NEWS), Masuda Takahisa (NEWS), Koyama Keiichiro (NEWS), Hasegawa Miku (OC), Ayase Risa (OC)
Disclaimer : I don’t own all character here. I own this plot and this just fiction ^^
N/B : this first time i make a murder story, enjoy for reading J
Dear Friend
Chapter 01

Keiichiro mengintip jendela yang berada tepat di belakangnya. Ia memandang pemandangan kota Tokyo di malam hari dengan perasaan bahagia, karena besok adalah hari jadinya yang ke-13 dengan tunangannya, Ayase Risa. Jadi belakangan ini ia selalu melihat sesuatu dengan indah dari matanya. Ya, dengan cinta semua terlihat menjadi indah.
“Koyama-san, sudah waktunya.” ucap seorang staf stasiun televisi ternama di Jepang. Keiichiro segera bergegas, merapikan kembali setelan kemejanya yang sudah rapi.
Beberapa jam kemudian berlalu. Pekerjaannya pun sudah selesai, seperti biasanya ia pulang ke apartemennya. Tapi kali ini beberapa staff mengajaknya untuk ‘minum-minum’ di kedai langganannya. Keiichiro langsung menyetujui ajakan tersebut karena tidak ada salahnya jika ia menghabiskan sedikit waktu malam ini dengan berkumpul-kumpul bersama rekan-rekannya.
Dua jam berlalu dengan cepatnya. Keiichiro yang sudah cukup mengantuk segera pamit pulang, karena besok ia harus bangun lebih awal dari biasanya. Mempersiapkan sesuatu yang istimewa untuk orang yang dikasihinya.
Keiichiro mengerutkan keningnya saat diperjalanan pulang, ada kecelakaan. Ia sengaja menjalankan mobilnya dengan pelan saat melewati tempat kejadian tersebut, mengamati sisa-sisa kecelakaan yang sepertinya baru terjadi sekitar dua jam yang lalu. Ia seperti mengenali mobil tersebut, tak asing baginya. Tapi di kota besar seperti ini tentu saja banyak yang memiliki mobil tersebut, pikirnya. Ia membuang semua perasaan buruk dan kembali tersenyum. “Senyum memang selalu membawa energi positif, Risa-chan benar.” Ia mengenang kata-kata tunangannya di saat ia sedang sedih, terpuruk atau apapun, di saat itu pula, Ayase Risa akan menyentuh wajah Keiichiro dan memandangnya, “Senyumlah, maka energi positif akan datang ke dalam dirimu dan ke khawatiran pun akan sirna.”
“Keii-chan!! Lama sekali pulangnya.” sapa seseorang yang daritadi menunggu kehadiran Keiichiro sambil memakan beberapa makanan ringan di apartemen Keiichiro.
“Sudah lama sekali kau tidak pernah menginap disini. Ada masalah lagi dirumah?” tanya Keiichiro kepada eksistensi tersebut.
Yang ditanya hanya menatap Keiichiro dengan heran, “Lho, Keii-chan belum tau?” tanyanya.
“Tau apa?” tanya Keiichiro sambil tersenyum.
“Kenapa senyum? Gak biasanya.”
“Hei hei hei, besok hari jadiku yang ke-13 dengan Risa. Jadi harus senang terus. Kau tau, cinta membawa kebahagiaan.” Keiichiro kembali tersenyum dan men-charge ponselnya yang mati.
“Untunglah kalau kau tidak tau, jadi aku tidak perlu melihat wajah sedihmu.” katanya dengan pelan.
Keiichiro melepas setelan kemejanya, “Mau mandi, Keii-chan?” tanyanya dengan senyuman yang seolah-olah dibuat-buat.
Keiichiro menjawabnya dengan anggukan dan bersiap-siap untuk mandi. Eksistensi tersebut memandang punggung Keiichiro yang semakin menjauh, “Akan lebih baik jika kau tidak pernah tau, Keii-chan.” Ia beranjak dari tempatnya menyalakan ponsel Keiichiro dan mengaktifkan mode silent, tak lama setelah ponselnya dinyalakan, ia melihat beberapa e-mail  masuk yang berupa pemberitahuan tentang meninggalnya seseorang. Ia menaruh ponsel tersebut ke tempat semula dan menghela napasnya, lalu ia menuju pintu kamar mandi. Ceklek. Suara pintu terkunci.
***
Haru, sedih, dan  perasaan kehilangan memekat ruangan tersebut. Hampir semua baju-baju hitam menunjukkan wajah kelabunya, tanda mereka merasa kehilangan seseorang. Banyak cerita-cerita yang menggema tentang kisah hidup seseorang yang kini menjadi pusat pembicaraan di ruangan tersebut. Mereka merasa kehilangan oleh sosok yang pernah mengisi cerita hidup mereka.
Seorang laki-laki tampak panik sambil terus mencoba menghubungi seseorang melalui ponselnya. “Sudahlah, kalau memang tidak di angkat jangan di telpon terus. Berikan waktu untuk Koyama.” kata perempuan yang sedari tadi berada di samping laki-laki tersebut.
“Tapi aku belum melihat Keii-chan dari tadi.” seru laki-laki tersebut tak mau kalah.
“Shige-kun, tidak mudah bagi Koyama untuk menerima semua kenyataan ini. Biarkanlah ia sendiri dulu.” perempuan tersebut menenangkan laki-laki yang bernama Kato Shigeaki dengan suaranya yang lembut.
“Bagaimana kalau Keii-chan bunuh diri?” Shigeaki terlihat tambah panik dengan kesimpulan yang ia buat sendiri.
“Jangan berpikiran negatif, kamu sendiri yang bilang kalau Koyama orangnya tegar. Jangan panik. Tenang!” perempuan tersebut menyentuh kedua tangan Shigeaki, ia mencoba ‘menyalurkan’ ketenangan untuk kekasihnya.
Seorang pria berwajah chubby menghampiri Shigeaki dan kekasihnya, ia menepuk pundak Shigeaki, “Sudah ketemu Keii-chan?” tanyanya langsung ke inti pembicaraan.
Shigeaki hanya menggeleng, “Ya, kita harus biarkan Keii-chan sendiri dulu.” kata laki-laki tersebut sambil menyenderkan tubuhnya ke dinding yang ada di dekatnya.
“Tegoshi mana?” tanya Shigeaki.
“Sedang memberi salam terakhir untuk Risa-san.”
Laki-laki tersebut melihat perempuan yang ada di samping Shigeaki, “Konnichiwa, Hagesawa.” sapa laki-laki tersebut dengan ramah.
“Konnichiwa, Masuda.” balasnya tak kalah ramah.
“Ah itu Tegoshi.” kata Masuda Takahisa begitu melihat laki-laki dengan rambut blonde yang menyapanya dari jauh.
“Yo.” sapa Tegoshi Yuya dengan singkat.
“Ku kira kau bersama Keii-chan.” Shigeaki menunjukkan ekspresi kecewanya.
“Eh? Keii-chan belum datang?” tanya Tegoshi heran.
Shigeaki dan Masuda menggeleng bersamaan. Tegoshi mengerti isyarat tersebut, ia tampak berpikir sejenak, kemudian mengajak ketiga temannya tersebut menghampiri teman mereka yang mengunjungi upacara pemakaman Ayase Risa.
***
Keiichiro memandang pintu kamar mandinya dengan tatapan kosong, ia tidak habis berpikir di hari jadinya ini ia malah terkunci di kamar mandi hampir seharian. Rencananya untuk mempersiapkan hari jadinya telah hancur berantakan.
Suara pintu apartemennya terbuka, ia yakin Risa datang ke apartemennya karena hampir seharian Keiichiro tidak ada kabar sama sekali. Senyum yang sedari tadi hilang kembali muncul di wajah Keiichiro, “Risa-chan, aku terkunci di kamar mandi. Bisa bukakan pintunya?” serunya dengan suara yang terdengar bahagia.
Ceklek. Seseorang membuka kunci pintu kamar mandi Keiichiro dan tersenyum dengan manis, “Maaf, aku tidak tega jika melihatmu terus larut dalam kesedihan.”
Keiichiro tampak bingung, “Hoi, apa maksudmu?! Ini tidak lucu!”
Eksistensi tersebut menghampiri Keiichiro yang berdiri di depan bak mandinya, ia memaksa Keiichiro duduk dilantai kamar mandi dan menduduki tubuhnya. Ia mengeluarkan sapu tangan dan menyumpal mulut Keiichiro. Keiichiro terlihat semakin bingung, ia tidak bisa melawan, tubuhnya terlalu lemas karena belum memakan dan meminum apapun.
Sebuah pisau di keluarkan oleh eksistensi tersebut dari dalam celana yang ia gunakannya. Ia memegang kedua tangan Keiichiro dengan erat dan menyayat pelan nadi di tangan kanan Keiichiro. “Risa-san meninggal kemarin malam saat menuju apartemenmu.” katanya sambil menyayat nadi Keiichiro, darah yang menyembur keluar pun semakin banyak setiap ia memberikan sayatan tersebut.
“Kau ingat? Saat SMP aku yang mengenalkanmu dengan Risa-san, dan tak lama kemudian kalian jadian karena merasa cocok satu sama lain. Saat mendengar kabar kematian Risa-san, rasanya tidak adil jika aku yang mempersatukan kalian saat SMP, tidak mempersatukan kalian kembali saat ini.” ucapnya masih sambil menyayat.
“Lagipula jika aku tidak mempersatukanmu, aku tidak akan kuat melihatmu yang terus menangis karena merasa kehilangan. Aku tidak tega melihat orang yang ku sayang harus menunjukkan wajah sedihnya di hadapanku. Aku akan jauh lebih bahagia jika orang yang kusayang bahagia di alam sana.”
Air mata Keiichiro terus mengalir saat mendengar kabar kematian tunangannya, sayatan yang diberikan orang tersebut sama sekali tidak terasa sakit untuknya. Ia seperti mati rasa. Ia memandang orang yang menyayat nadi tangan kanannya dengan pandangan kosong, ia seperti menyerahkan hidupnya kepada orang tersebut.
“Enam sayatan... tujuh sayatan... delapan sayatan... sembilan sayatan... sepuluh sayatan... sebelas sayatan... dua belas sayatan... tiga belas sayatan... ya, tiga belas sayatan sudah cukup. Tiga belas sama seperti hari jadimu dengan Risa-san, ya?” penyayat tersebut memandang Keiichiro yang sudah memejamkan matanya. “Sudah kehabisan darah ya? Aku terlalu asik menyayat nadimu sampai tidak sadar kalau darahmu sudah habis... Happy End, ya. Aku yakin kalian akan bertemu kembali di alam sana.”
***
“Masih menghubungi Keii-chan?” tanya seorang bartender kepada pelanggannya.
“Dan masih tidak di jawab. Ini sudah lima hari semenjak kematian Risa-san. Aku tidak percaya kalau Keii-chan masih belum menerima semua kenyataan ini.” ucap Shigeaki sambil memandang ponselnya.
“Aku rasa kita harus mengunjungi apartemennya, firasatku mulai tidak enak.” usul bartender tersebut yang merupakan Masuda Takahisa.
“Kapan? Sore ini?” tanya Shigeaki.
Masuda mengangguk, “Aku akan ajak Tegoshi juga.”
Shigeaki melihat jam tangannya menunjukkan waktu 12:45, “Sore ini aku tunggu di depan apertemen Keii-chan. Baiklah, jam istirahatku akan habis. Aku pergi dulu.”
Masuda mengangguk sambil masih mengelap beberapa gelas yang sudah tampak mengilap.
***
Sore hari musim semi selalu terlihat indah dengan pemandangan bunga sakura, tapi rasanya mendadak menjadi buruk jika sahabat yang selalu menghabiskan waktu bersamanya masih tidak menunjukkan batang hidungnya. Ia memandang bunga-bunga sakura tersebut dengan firasat buruk yang terus menghantuinya saat keluar kantornya. Begitu melihat sahabatnya yang lain, ia segera menepis segala firasat buruk, “Yo. Sudah lama?” tanyanya.
“Baru sampai lima menit yang lalu.” jawab Masuda.
“Kau lama sekali Shige!” kata Tegoshi karena sepertinya ia yang paling cepat sampai.
“Maaf.” jawabnya singkat.
Ketiga lelaki tersebut segera menuju apartemen Keiichiro yang berada di lantai lima. Suasana hening menyelimuti mereka, tak ada yang memulai mencairkan suasana. Berbagai perasaan khawatir, cemas dan rindu pun semakin memuncak saat mereka sampai di tepat pintu apartemen Keiichiro. Shigeaki segera mengetuk pintunya. Tidak ada jawaban. Ia kembali mengetuknya dengan suara yang lebih keras, kekhawatirannya sudah tidak dapat di sembunyikannya lagi. Tidak ada jawaban. Ia memandang Tegoshi dan Masuda, memberi isyarat ‘Apa yang harus kita lakukan’.
“Kita harus membuka paksa pintunya.” usul Masuda diikuti anggukan Shigeaki dan Tegoshi.
Mereka berhasil membuka pintu tersebut dengan cara mendobraknya, “Keii-chan, Keii-chan!!” mereka meneriaki nama kecil Keiichiro, mencari pemilik nama di seluruh ruangan. Shigeaki mencium bau yang tidak sedap di dekat kamar mandi, firasat buruk semakin memuncak, otaknya tidak ingin mencari sumber bau tersebut, tapi kakinya tidak bisa berhenti dan terus berjalan. Ia memutar kenop pintu kamar mandi, membukanya, kemudian ia terjatuh begitu melihat yang ada di depannya. Otaknya seakan berhenti bekerja, bau bangkai manusia seperti tidak mengganggu indera penciumannya, kakinya seakan lumpuh, lidahnya kaku, ia hanya diam.
Bau tersebut segera menyeruak ke sebagian ruangan di apartemen Keiichiro, Masuda dan Tegoshi mengikuti sumber bau tersebut. Keduanya sama-sama melihat pemandangan yang menyedihkan, hal yang paling tidak mereka inginkan terjadi di depan mata mereka.
“Aku tidak percaya Keii-chan akan bunuh diri.” kata Masuda, air matanya menetes perlahan.
Air mata Tegoshi mulai mengalir, “Hanya dalam waktu seminggu aku harus kehilangan dua temanku.”
Shigeaki yang sedari tadi hanya diam tiba-tiba segera berdiri, ia mengambil ponselnya dan menelpon polisi. Kemudian ia mengambil kamera yang selalu ada di tasnya.
“Jangan gila! Kau masih sempat melakukan hobimu disaat Keii-chan seperti ini.” Masuda mencegah Shigeaki yang sudah siap memotret Keiichiro.
Shigeaki memandang Masuda dengan tajam, “Aku yakin ini bukan bunuh diri. Aku tau benar siapa Keii-chan. Aku akan menyelidikinya. Ini pasti bukan bunuh diri!” Shigeaki memfoto Keiichiro yang sudah tidak bernyawa tersebut, kemudian ia seperti teringat sesuatu. Ia kembali mengambil ponselnya, menelpon seseorang untuk segera pergi ke apartemen Keiichiro.
Tak lama kemudian, polisi datang dan segera menyelidiki kasus kematian Keiichiro. Shigeaki meminta polisi untuk mengautopsi jasad Keiichiro sebelum di makamkan oleh keluarganya. Polisi pun menyetujuinya.
***
Malam semakin larut, Shigeaki masih terus meneliti foto jasad Keiichiro yang ia ambil tadi. Sepintas memang terlihat seperti bunuh diri, bahkan polisi langsung menutup kasus tersebut karena menurut mereka ini adalah bunuh diri. Memang kemungkinan bunuh diri sangat kuat mengingat Risa yang baru meninggal karena kecelakaan. Sedangkan kematian Keiichiro diprediksikan sekitar empat hari yang lalu, sehari setelah kematian Risa.
Ia memandang sayatan yang ada di tangan kanan Keiichiro, pisau yang ada di tangan kirinya, darah yang mengering di sekitar tubuhnya, beberapa belatung yang keluar dari tubuhnya. Ia mulai mual melihat foto-foto tersebut, padahal saat di depan jasad Keiichiro ia sama sekali tidak mual, merasa bau pun tidak.
“Tadaima.” suara seorang perempuan menggema di ruangan apartemen tersebut.
“Okaeri. Ku kira kamu pulang pagi, kenapa gak minta jemput?” ucap Shigeaki.
“Aku kira kamu sudah tidur. Lagipula polisi hanya memberikan waktu sehari untuk mengautopsi.” kata Hasegawa Miku sambil melepas jaket yang ia kenakan.
“Bagaimana hasilnya?”
“Semuanya menunjukkan sel-sel Koyama. Tidak ada satupun sel milik orang lain yang ada di sekitar tubuh Koyama.”
“Bagaimana dengan sel-sel di TKP?”
“Aku belum memeriksanya, mungkin nanti siang.” Hasegawa menghampiri Shigeaki yang sedang duduk di sofa ruang tengah apartemen mereka. Ia menyenderkan kepalanya di bahu Shigeaki dan menutup matanya. Ia terlihat sangat lelah.
“Maaf, karena aku menyuruhmu mengautopsi jasad Keii-chan. Pasti capek banget ya?” Shigeaki mencium kening Hasegawa dengan lembut.
Hasegawa tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tanpa kamu suruh pun aku akan mengautopsinya sendiri. Koyama juga temanku.”
“Menurutmu ini kasus bunuh diri apa pembunuhan?” tanya Shigeaki. Pertanyaan tersebut selalu mengganggunya semenjak pulang dari apartemen Keiichiro.
Hasegawa tampak berpikir, “Kalau diliat dari hasil autopsi jelas ini bunuh diri. Jika ini memang kasus pembunuhan, pembunuhnya pasti sangat cerdik sampai tidak meninggalkan satu jejak pun.”
“Miku-chan belum memeriksa TKP kan, jadi mungkin saja di sana ada sel-sel selain milik Keii-chan.”
Hasegawa mengangguk, “Besok aku akan mengautopsi semuanya.”
“Ngomong-ngomong, Miku-chan gak pernah merasa jijik karena setiap hari berhadapan dengan mayat?”
“Kalau aku jijik atau takut melihat mayat, sekarang aku tidak akan menjadi dokter forensik.”
Shigeaki tertawa mendengar jawaban kekasihnya, ia menyentuh wajah kekasihnya dan mencium bibirnya dengan lembut. “Aku ingin hubungan kita Happy End, seperti cerita-cerita Disney.”
“Aku juga.” ucap Hasegawa sambil tersenyum manis.
***
Esoknya, di upacara pemakaman Keiichiro. Terlihat sangat jelas, orang-orang yang Keiichiro tinggali seperti tidak percaya dan tidak rela atas kematian Keiichiro. Apalagi jasadnya ditemukan empat hari setelah kematiannya. Banyak pernyataan bahwa Keiichiro depresi karena di tinggali oleh tunangannya di saat hari jadi mereka, maka Keiichiro bunuh diri di kamar mandi apartemennya. Apalagi setelah polisi menyatakan kematian Keiichiro adalah kasus bunuh diri, pernyataan tersebut pun semakin kuat di benak mereka.
“Sudah meneliti sejauh mana kasus kematiannya Keii-chan?” tanya Tegoshi kepada Shigeaki yang sedaritadi hanya melamun.
“Masih belum ada kemajuan, hasil autopsinya pun menunjukkan tidak ada sel milik orang lain di tubuh Keii-chan,” jawab Shigeaki.
“Selain Risa-san, siapa yang punya kunci duplikat apartemen Keii-chan?” tanya Shigeaki kepada Masuda dan Tegoshi.
Keduanya mengangkat bahunya.
***
To be Continued
Yeah, ini fanfic mystery pertama saya. Mohon maaf kalo jelek dan gak bikin tegang atau penasaran. Hehehe
Kritik dan saran di persilakan ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar